Minggu, 25 Oktober 2009

Hakikat Penelitian untuk suatu disertasi Doktor

Oleh

Prof.Dr.Ir. Jacub Rais, M.Sc.

Pendahuluan

Orang mengatakan: “Research is finding out something that you don’t know”. Istilah ini sangat lebar/luas atau terlalu sempit. Seperti kita ingin tahu kapan kereta api berangkat ke Yogyakarta atau kita ingin tahu berapa suhu di kolam renang. Atau “research is finding that you don’t know something” Riset semacam ini bertujuan mengorientasi pikiran kita untuk membuat pertanyaan apa yang kita ketahui dan untuk mengfokus pada aspek-aspek baru dari realitas yang kompleks. Dalam menjelajah sifat riset, adalah berguna membedakannya dengan aktivitas lainnya: “intellegence-gathering.

Riset bukan sekedar diskripsi tetapi memerlukan analisis, utk mencari penjelasan, hubungan, perbandingan, prediksi, generalisasi dan teori-teori. Ini semua menjadi apa yang disebut “why question” Pertanyaan seperti “Mengapa jumlah lulusan mahasiswa yang ikut program doktor di UI sedikit sekali” Untuk menjawab pertanyaan ini diperlukan data dan menganalisisnya untuk mencari jawaban. Ini termasuk riset “intelligence gathering” sebagaimana riset untuk pengambilan keputusan atau memformulasi kebijakan. Namun, ini bukan tipe riset untuk program doktor

Pada umumnya riset terbagi dalam 2 jenis: riset dasar (basic research) dan riset terapan (applied research). Perbedaan ini terlalu kaku (rigid) kalau kita katakan bahwa riset dasar memasok teori-teori dan riset terapan memakai teori-teori ini untuk mengetesnya dalam dunia nyata. Dikatakan terlalu kaku dalam banyak disiplin ilmu, di mana misalnya riset “dunia nyata” membangun teori-teorinya sendiri dan bukan hanya penelitian dasar saja yang melakukannya. Dalam riset untuk disertasi sebaiknya kita mengklasifikasi riset dalam 3 jenis: (a) exploratory, (b) testing-out dan (c) problem solving, yang menerapkan baik riset kuantitatif dan kualitatif.

Exploratory Research (Riset untuk menemui sesuatu)

Ini adalah suatu riset yang memecahkan problem/isu/topik baru yang sangat sedikit diketahui, sehingga ide riset umumnya tidak dapat diformulasi dengan baik pada tahap awal. Persoalannya dapat datang dari bagian disiplin ilmu, baik itu suatu “teka-teki” riset teoretis atau riset yang mempunyai dasar empiris.

Pekerjaan riset diperlukan untuk menguji teori dan konsep yang tepat, atau mengembangkan suatu teori/konsep baru jika perlu dan apakah metodologi yang ada dapat dipakai, Jelaslah bahwa riset eksploratori ini menyangkut mendorong “frontier” dari pengetahuan dengan harapan suatu yang berguna akan ditemukan.

Testing-out Research (Riset utk menguji-coba sesuatu)

Dalam jenis riset ini kita mencoba untuk menemukan batas dari “generalisasi” yang diusulkan sebelumnya. Sebagaimana kita ketahui pada umumnya, ini adalah aktivitas riset dasar. Misalnya: “apakah suatu teori dapat diterapkan pada suhu tinggi?” dsb. Jumlah testing yang dilakukan adalah tak-terbatas dan terus-menerus (continuous), karena dengan ini kita mampu untuk memperbaiki (improve) dengan menspesifikasi, memodifikasi, mengklarifikasi generalisasi yang dikembangkan oleh disiplin kita yang penting.

Problem Solving Research (Riset untuk memecahkan masalah)

Dalam riset jenis ini, kita mulai dari suatu masalah “dalam dunia nyata” dan membawa semua sumberdaya intelektual kita untuk memecahkan masalahnya. Permasalahannya harus dapat ditentukan secara jelas dan metode pemecahan masalah harus ditemukan. Orang yang bekerja dalam cara ini harus menciptakan dan mengidentifikasi pemecahan masalah sebelumnya dalam setiap langkah. Ini biasanya melibatkan sejumlah macam teori dan metode, kadang-kadang melintas lebih dari satu disiplin, karena masalah dunia nyata pada umumnya “messy” (semrawut) dan tidak dapat dipecahkan dalam batas sempit dari satu disiplin akademis.

Riset Jenis Apa untuk Program Doktor?

Gelar Doktor diberikan untuk mereka yang melakukan “kontribusi orisinil dari pengetahuan”. (The PhD is awarded for “an original contribution to knowledge”). Perlu ada pedoman apa yang dimaksud “original contribution” dari hasil suatu riset doktoral.

Banyak sekali kriteria untuk suatu karya penelitian yang disebut “orisinil”. Namun, ada 9 butir yang umumnya dipakai akhir-akhir ini oleh universitas-universitas di Amerika Serikat: (saya kutip dalam bahasa aslinya): (Phillips and Pugh 1994)

  1. Carrying out empirical work that hasn’t been done before
  2. Making a synthesis that hasn’t been made before
  3. Using already known material but with new interpretation
  4. Trying out something in this country that has previously only been done on other countries
  5. Taking a particular technique and applying in a new area
  6. Bringing new evidence to bear on an old issue
  7. Being cross-disciplinary and using different methodologies
  8. Looking at areas that people in the discipline haven’t looked at before
  9. Adding new knowledge in a way that hasn’t previously been done before

Harus diingat bahwa seorang kandidat doktor belum merupakan seorang peneliti professional. Harus diingat pula bahwa Program Doktor pada dasarnya suatu exercise. Riset dalam program doktor adalah untuk membawa Anda dari tingkat hanya seorang pemula dalam riset menjadi ke tingkat seorang professional penuh (Remember that the PhD program is primarily a research training exercise to get you from being a mere beginner in research to the level of a full professional)

Semua riset doktoral menyangkut kendala tertentu, termasuk keuangan, sumberdaya fisik, back-up administrasi dan di atas segala-galanya adalah waktu. Oleh karena itu, mana dari 3 jenis riset yang Anda pilih sebagai jalur yang terbaik pada tingkat karier Anda saat ini.

Kebanyakan mahasiswa di Amerika Serikat memilih jalur “testing-out research” Karena pendekatan ini Anda bekerja dalam kerangka yang mapan (established framework) dan dengan demikian belajar “keprigelan” dari melakukan riset dalam lingkungan yang memberikan kita suatu tingkat proteksi oleh “established nature” dari banyak gagasan, argumen, alat pengukuran, dsb. Suatu tingkatan proteksi dalam lingkungan adalah keadaan yang paling baik untuk pembelajaran yang efisien. Sudah tentu Anda harus membuat kontribusi yang orisinil – bukan sekedar replikasi yang dilakukan oleh orang lain.

Oleh karena itu, misalnya, Anda harus menggunakan suatu metodologi pada suatu topik baru, yang belum pernah diterapkan sebelumnya dan oleh karenanya Anda membuat suatu manifestasi kekuatannya dalam memberikan pengetahuan baru dan wawasan teoretis.

Atau Anda menerapkan dua teori yang saling bersaing (competing theories) pada situasi baru untuk melihat mana yang paling ampuh (powerful) , atau mendesain suatu eksperimen yang krusial untuk menghasilkan suatu bukti untuk memilih di antara ke dua teori.. Sebagai hasilnya Anda dapat menghasilkan varian inovatif sendiri dari metodologi atau teori. Dengan demikian selalu ada unsur yang tepat (appropriate element) dari pekerjaan eksploratori dan Anda dapat memecahkan persoalan berbasis disiplin dalam perjalanan Anda

Testing out adalah tugas professional yang sedang berlaku dalam riset akademis, dan tugas doktoral dapat dilakukan dengan baik dalam kerangka ini dan lebih mungkin bermanfaat dan oleh karenanya dapat dipublikasi dan dikutip oleh banyak orang.

Tidak dapat dipungkiri daya tarik dari topik ini, namun kita juga harus sadar bahwa resiko untuk gagal adalah juga lebih besar.

Jika Anda mempunai kepercayaan lebih besar dan daya tahan, misalnya dari pengalaman praktis dan adanya dukungan yang kuat dari pembimbing Anda (yang diharapkan memberi masukan yang besar), dapat Anda pertimbangkan bekerja dalam pendekatan eksploratori atau pemecahan masalah.

Adalah “fair” untuk mengatakan bahwa walaupun Anda memperoleh doktor utk riset yang sepenuhnya eksploratori atau pemecahan masalah, adalah tak dapat dihindari para penguji Anda memberi kredit untuk “keberanian mencoba” (“brave try”) Anda, sehingga Anda lulus (Penguji adalah orang-orang yang baik hati untuk mencari cara meluluskan mahasiswa. Ini di Amerika Serikat, tidak tahu apakah juga di Indonesia!!!)

Metode Ilmiah

Di bawah ini akan dijelaskan apa yang disebut dengan metode ilmiah. Hipotesis, kata Medawar (1964) adalah imaginatif and inspirasional dalam karakter. Hipotesis adalah “petualangan dari pikiran” (adventures of the mind). Medawar menyatakan selanjutnya bahwa sifat dari metode ilmiah adalah “hypothetico-deduktif” dan tidak sebagaimana umum percaya, sebagai induktif. Metode hypothetico-deduktif adalah kemampuan menarik kesimpulan dari premises, sedangkan metode induktif adalah menarik kesimpulan dari prinsip-rinsip umum (general principles).

Adalah esensial bahwa para calon peneliti mengerti bedanya antara kedua interpretasi dari proses riset, sehingga Anda tidak merasa kecil hati untuk tidak langsung memulainya.

Mitos dari metode ilmiah adalah metode induktif: bahwa formulasi teori ilmiah bermula dengan bukti dasar dan mentah dari indera kita, yaitu pengamatan sederhana, tidak bias dan tidak berprasangka. Dari data sensor indera ini - umumnya disebut dengan fakta-fakta – generalisasi akan terbentuk. Mitosnya adalah bahwa dari rangkaian informasi faktual yang tak-teratur ini, suatu teori yang teratur dan relevan akan muncul. Namun demikian, titik awal dari induksi ini adalah sesuatu yang tidak mungkin. Mereka yang menganut faham ini memcoba untuk memodelkan dunia nyata yang tak-teratur ini menjadi sesuatu yang teratur dengan pemodelan matematis.

Faktanya adalah tidak ada pengamatan yang tidak bias. Semua pekerjaan ilmiah yang bersifat eksperimental atau eksploratori dimulai dengan suatu ekspektasi (harapan) tentang “outcome” (hasilnya). Ekspektasi ini adalah “hypotesis’

Hipotesis memberikan suatu inisiatif dan insentif untuk penyelidikan dan pengaruh dari metode. Dalam kaitan ekspektasi ini, beberapa pengamatan dianggap relevan dan lainnya tidak, suatu metodologi dipilih dan lainnnya ditolak, bahwa beberapa ekperimen dilakukan lainnya tidak.

Hipotesis muncul oleh “guesswork” (pekerjaan kira-kira atau tebakan), atau oleh inspirasi, namun karena diformulasi maka hipotesis dapat dan harus diuji secara ketat (rigorous) dengan memakai metodologi yang tepat. Jika outcome dari hipotesis ini tidak sesuai dengan ekspektasi yang kita desain, maka kita harus tolak hipotesisnya atau memodifikasi hipotesis tsb.

Mitos dari metode ilmiah tidak hanya metode induktif, tetapi juga hypothetico-deduktif yang merupakan metode dalam bentuk “step-by-step”. Metode hypothetico-deduktif menggambarkan pendekatan logis untuk banyak pekerjaan riset, tetapi tidak menggambarkan perilaku psikologis yang menyebabkannya.

Metode ilmiah boleh jadi lebih berguna dipikirkan sebagai cara pelaporan riset daripada melaksanakan risetnya sendiri (Watson 1968)

Kesimpulan Tindakan

1. Pertimbangkan secara hati-hati keuntungan dalam memilih untuk melakukan “testing-out research” untuk program Doktor Anda

2. Dari pengamatan dan diskusi dengan pembimbing Anda dan staf akademis lainnya, bangun suatu keprigelan praktek-praktek yang menggambarkan Anda seorang peneliti yang baik dalam disiplin Anda sehingga Anda dapat menjadi peneliti professional di kemudian hari.

3. Tujuan adalah untuk menjamin bahwa tidak ada prosedur, teknik, keterampilan dsb yang relevan dengan riset yang akan dilaksanakan yang tidak dibicarakan

4. Bentuk suatu kelompok pakar (peer group) dengan sekurang-kurang seorang bergelar doktor agar dapat memberi kontribusi kritis dan semangat dan bertindak sebagai pemantau terhadap “deadline” waktu. Ini umumnya disebut Tim Pembimbing

5. Tim pakar/pembimbing tersebut dipimpin oleh seorang Gurubesar sebagai pembina riset Anda yang utama, dengan siapa Anda harus berkomunikasi tentang arah dan jalannya riset Anda setiap saat.

Daftar Acuan

1. Medawar, P.B. 1990. Is the Scientific Paper a Fraud? In D.Edge (Ed.) Experiment. BBC Publication. London, UK

2. Phillips, E.M. & D.S.Pugh. 1994. How to Get a PhD – Handbook for Students and Advisors. Open University Press. Buckhingham, Philadelphia, USA

3. Watson, J.D. 1968. The Double Helix. Widenfield & Nicolson. London

§§§§§



[1] Tulisan ini disadur secara bebas dari: Phillips, E.M and D.S. Pugh. 1994. How to Get a PhD. Open University Press. Buckingham, Philadelphia, USA ditambah dgn pengalaman sendiri selama 20 tahun membimbing disertasi doktor di berbagai universitas di Indonesia.

[2] Gurubesar Emeritus ITB; Anggota DRN & AIPI. Sebagai Promotor telah menghasilkan 10 doktor di ITB dan sebagai Co-promotor 1 doktor di UI. Saat ini sebagai Ketua Tim Pembimbing utk 3 orang (ITB); Promotor 1 orang di UI dan sebagai anggota tim pembimbing utk 3 orang di IPB

1 komentar:

  1. terimaksih ilmunya, smoga bermanfaat untuk bangsa dan negara.
    jadi apa yang paling membedakan secara jelas skripsi, tesis, disertasi, mhn jawabannya prof

    BalasHapus